Sabtu, 24 Januari 2009

STUDY TOUR TO JOGJA

“Jogja, Jogja…… ingin ku ke sana..” :D :D kalau Group Band The Changcuters pengen ke London, para Purna Paskibraka Kota Palu 2008 pengen ke Jogja.

Ya….Yogyakarta adalah kota Pendidikan dan Pariwisata yang menjadi tempat pilihan untuk study tour kami, Purna PASKIBRAKA Kota Palu 2008.

Hadiah dari Bapak Walikota Palu ini akhirnya terlaksana juga pada tanggal 24 November 2008, yang pada siang hari sebelumnya telah diadakan acara pelepasan langsung oleh Bapak Walikota Palu di ruang Audiotorium Kantor Walikota Palu. Terimakasih kami haturkan kepada Bapak Walikota Palu, Bapak Rusdi Mastura.

Ø Perjalanan menuju Jogja

Perjalanan menuju Jogja?? Jangan tanya, pokoknya seruuuu abis.. cz banyak suka dukanya.

Duka-nya yaitu pada saat tidur/ menginap di Kapal, di ruang kelas ekonomi tanpa menggunakan kasur. Tulang remuk.. huhu.. :c tapi, hanya itu kok dukanya, sukanya buanyaaak.. cz dari kejadian duka itu, rasa persahabatan dan persaudaraan antara kami para Purna dan beberapa orang pelatih yang ikut (Ka’ Subhan, Ka’ Wahyu, Ka’ Indra, Ka’ Joko, Ka’ Nasir, dll) menjadi lebih erat, cieh.. :p

Salah satu kekonyolan yang terjadi, yaitu saat mengetahui gaya atau style tidur masing-masing. Awalnya karena iseng dan usil para purna mengambil gambar (foto) para pelatih saat mereka tertidur dengan gaya yang unik dan khas mereka, karena merasa terganggu ternyata para pelatih tak mau kalah merekapun ikut mengerjai para purna.hehe:D

Makan, minum, tidur, ngobrol sambil melontarkan kata-kata lucu dan menghibur telah menjadi kegiatan kami selama perjalanan tiga hari di kapal.

Saat perjalanan ke Jogja, kami sempat bertemu dengan seorang wartawan, yang belakangan diketahui namanya yaitu Ka’ Anteng Yti, hai ka’ apa kabar??? Ia mengajak kami Purna Paskibraka Kota Palu yang berminat naik dan masuk ke ruang Kapten Kapal KM. Dobonsolo untuk menanyakan beberapa hal mengenai kemudi Kapal. Kegiatan tersebut tentunya menambah keseruan perjalanan dan pengetahuan masing-masing purna. Makasih ya ka’..

Selama tiga hari perjalanan, kapal juga sering transit ke Pelabuhan-pelabuhan seperti Balikpapan, Pare-pare, dan Makassar. Itu berarti kami para purna tak hanya jalan-jalan ke Jogja tetapi beberapa daerah itu juga, walau hanya sementara dan hanya sekedar di sekitar pelabuhan saja, tetapi kita tetap pernah menginjakkan kaki di sana, bukan?? Suatu kebanggaan tersendiri. Hehe:D

Kami Purna Paskibra Kota Palu, tiba di pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya pada hari Kamis, 27 November sekitar pukul 21.00 WIB. Setelah turun dari kapal, kami langsung dibimbing ke Bus Pariwisata kami, CV. Rinai Buana Abadi (Eddy Tranport) untuk naik dan melanjutkan perjalanan menuju Jogja selama kurang lebih 8 jam perjalanan. Tetapi sebelumnya kami diajak makan malam di Restoran KFC di Surabaya terlebih dahulu. Cieh..sekali lagi rasa lelah terobati.

Ø Penginapan

Para pelatih, pembina, dan Purna Paskibra Kota Palu 2008 tiba di hotel penginapan pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB, Jum’at 28 November 2008. Kami menginap di hotel Kartini Jl. Parangtritis, sebuah tempat yang strategis menurutku, karena berdekatan dengan banyak tempat wisata dan pusat perbelanjaan.

Di hotel, para pelatih telah membagi nama-nama yang sekamar. Satu kamar dihuni oleh 6 atau 8 orang purna. Yah, kamar putri dan putra pastinya beda lah kan... :s Semua biaya ditanggung oleh pemerintah Kota, mulai dari biaya kapal, bus, penginapan, tiket wisata, sampai makan sehari-hari, para purna hanya tinggal membawa uang saku masing-masing untuk oleh-oleh dan nambah biaya satu hari perjalanan, karena diundurnya hari dimana kapal sandar ketika perjalanan pulang nanti.

Ø Study tour

o Keraton Yogyakarta

Perjalanan study dimulai hari Sabtu 29 November 2008, usai penerimaan secara resmi oleh Bapak Walikota Yogyakarta. Study tour yang pertama, yaitu keraton Yogyakarta.

Di keraton bagi siapa saja yang ingin mengambil gambar atau membawa kamera dikenakan biaya Rp. 1000,00. Selanjutnya kami dipandu oleh guide wisata keraton. Di keraton ada hal-hal yang memiliki peraturan tersendiri, yang kemungkinan besar masih merupakan adat istiadat mereka. Juga terdapat orang-orang tua yang masih menggunakan pakaian adat dalam kesehariannya.

o Perindustrian Perak

Selanjutnya, kami diajak oleh travel ke sebuah perindustrian perak yang ada di Jogja. Di perusahaan perak, mula-mula kami dijelaskan tentang proses pengolahan perak asli menjadi bentuk sebuah perhiasan yang unik, kemudian kami di ajak masuk ke toko perhiasan hasil olahan perak tersebut. Wah, suatu yang mengagumkan… :d ditambah lagi ketika melihat beberapa miniatur yang terbuat dari bahan perak, berbentuk candi Burobudur, Prambanan, kapal Dewa Ruci, dll.

Oh ya, waktu itu sempat ada salah satu karyawan perak menanyakan, apakah di Palu juga ada perindustrian perak? Ya udah, ku jawab aja yang ku tahu “wah ga’ ada mas..” trus dia nanya lagi “Apa yang terkenal di Palu?” Temenku nyerempet jawab “Kaledo” makanan khas kota Palu. Nyambung ga’ yah???:t

o Pantai Parangtritis

Masih dengan hari yang sama, rombongan pun di antar pulang dan langsung diberi waktu 15 menit untuk mengganti pakaian PPI dengan kaos Dagadu seragam yang bertuliskan “Djokja” guna keberangkatan ke Pantai Parangtritis, seragamnya berwarna hitam.. dan tentu saja dilarang menggunakan pakaian berwarna kuning atau hijau. Menurut kepercayaan orang di sana, pakaian berwarna kuning atau hijau tidak boleh karena ratu Kidul akan menculik dan kemudian mengangkat kita menjadi pelayannya di kerajaan bawah laut Kidul. Tentang sejarahnya panjang lebar, tanya aja yah sama mas-mas travel guide kami, Mas Tommy, Mas Wisan, dkk. hehe.

Di pantai parangtiritis, banyak pedagang yang menawarkan berbagai macam benda-benda unik yang umumnya terbuat dari kerang dengan harga yang terjangkau dan muraaahhh, bisa saling tawar menawar lagi, waduh makanya susah kalau ga bawa dompet. Oh ya pedagang kacamata juga tak mau kalah, mereka menawarkan dagangannya kepada kami dan akhirnya Para Purna ‘n Pelatih saat itu sebagian besar memiliki kacamata dengan selera mereka masing-masing, karena ga’ tahan. :x sssttt...jangan bilang-bilang yah..

o Pusat Penjualan keramik

Keramik yang terbuat dari tanah liat, juga tak kalah menarik. Setelah hari Minggu tak ada kegiatan, esok harinya Senin 1 Desember 2008 kami diajak Travel singgah sebentar di Pusat Penjualan Keramik, trus lanjutin perjalanan ke Prambanan deh..

o Prambanan

Ke Jogja?? Pasti tak lengkap jika tak berkunjung ke tempat-tempat bersejarahnya. Salah satunya adalah candi Prambanan. Harga tiket masuk Rp. 4500,00; tetapi tentu saja kami dapat masuk dengan gratis alias biaya dalam tanggungan Pemerintah.

Sekedar informasi, ternyata di sana banyak orang memanfaatkan pusat pariwisata ini menjadi salah satu tempat mencari nafkah, mulai dari pedagang asongan yang menawarkan beberapa jenis dagangan misalnya miniatur, peluit, buku-buku tentang sejarah, aksesoris dsb sampai tukang foto pun tak mau kalah.

Tetapi yang paling ku ingat itu saat guide travel kami bercerita tentang relief-relief yang ada di Candi Prambanan. Ia sempat menceritakan tentang keadaan relief candi prambanan adalah sangat khas, dan berbeda dengan candi-candi lainnya yang berada di luar negeri seperti filiphina. Sedangkan relief-relief tersebut mengandung makna mendalam tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para Dewa dan masyarakat sekitarnya. Batu-batu candi terbuat dari batu-batu hitam di pegunungan, sehingga dapat berdiri kokoh. Sedangkan agar batu-batu itu dapat menempel, masyarakat zaman dahulu menggunakan teknik kait-mengait antar batu.

o Burobudur

Masih dengan hari yang sama, kami melanjutkan perjalanan ke Burobudur. Di Candi Burobudur, harga tiket masuk Rp.9000,00; sampai saat ini tiketnya masih ku simpan lho.hehe, kenang-kenangan gituh. Maap harap maklum yah!! :z selanjutnya, di Candi ini kami bertemu dengan banyak wisatawan asing yang akhirnya menjadi korban objek foto kami “Foto Bareng (maksudnya)”para Purna, Pelatih dan Pembina.

Candi Burobudur merupakan candi Budha, yang didirikan pada masa dinasti Syailendra. Candi burobudur terdiri dari beberapa stupa yang masing-masing di dalamnya terdapat patung Dewa. Pada saat berkunjung ke sana, sebelumnya Mas-mas travel memberitahu tentang mitos kepercayaan orang-orang di sana tentang terkabulnya permintaan seseorang jika dapat memegang bagian tubuh tertentu patung Budha yang terdapat dalam stupa-stupa tersebut.

o Pusat Perbelanjaan Malioboro

Pusat perbelanjaan Malioboro adalah salah satu pusat perbelanjaan yang terkenal di Yogyakarta. Nama Malioboro berasal dari nama salah seorang penjajah Inggris “Marlborough” yang mendapat perubahan ejaan masyarakat zaman dahulu. :t

Sebelum diajak ke sana dengan Bus Travel, kami para Purna dan Pelatih sudah lebih dahulu ke sana, sekedar lihat-lihat lalu mengeluarkan isi dompet. :D Karena kurang tahu jalan dan katanya jaraknya tidak terlalu jauh dari hotel tempat kami menginap, maka penggunaan jasa becak lah yang laris manis.

o Pusat Penjualan kaos DAGADU

Pusat penjualan kaos-kaos Dagadu asli, berada di lorong-lorong jalan dan berdekatan dengan toko-toko Batik + Pabriknya. Kaos-kaos oblong keren dan mempunyai kualitas yang bagus, dijual dengan harga Rp.35000,00 hingga Rp.50000,00/baju.

o Pusat Penjualan sepatu/tas kulit

Pusat penjualan sepatu/tas kulit dengan harga yang terjangkau terletak di Sidoardjo, kami mengunjunginya pada saat perjalanan ke Pelabuhan Tanjung Perak kembali, dengan maksud pulang ke Palu, kota kami tercinta. :L Jadi sebelumnya kami sempat melewati jalan lokasi lumpur Lapindo.

Ø Perjalanan pulang

Selasa, 2 Desember 2008 pagi, akhirnya kami tiba di Pelabuhan Tanjung Perak setelah seharian berada dalam Bus. Sebenarnya, boleh dikatakan menginap satu hari di Bus Travel. Koper-koper kami mulai diturunkan beserta banyak barang tambahan lainnya, tak sama seperti ketika berangkat tetapi bersamaan dengan itu isi dompet juga telah menipis. :z

Kapal Dorolonda lah yang mengantar kami pulang. Kapal ini berukuran lebih kecil dibandingkan dengan kapal Dobonsolo, tetapi kami lebih senang berada di Kapal ini. Soalnya meski berada di kelas Ekonomi, ranjang tempat tidur telah disediakan kasur dan makanan yang lebih baik sejalan dengan menipisnya keuangan.

Karena tidak sering transit, bahkan hanya di dua daerah saja Pare-pare dan Balikpapan maka hanya butuh dua hari dua malam saja perjalanan pulang. Kamis, 4 Desember 2008 kami akhirnya tiba dengan selamat di Kota Palu, Sulteng. Alhamdulillah…. J

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Wah selamat menjelajahi alam pulau Jawa. Saya sendiri dan teman2 kerabat kerja produksi film sudah 2 kali berkunjung ke Palu, Tentena, Poso, Ampana, Pulau Api, Suku Wana, Lore Selatan dan Utara bahkan menginap di Lembah Bada Lore Selatan yang eksotis, semuanya ini sudah terdokumentasi lengkap di pita seluloid film 16 mm. Masih ngangeni perjalanan ke Palu ini. Ke Palu tahun 1991 dan 1992.
Apalagi ketika bermalam di pingir danau Tentena sambil menikmati sogili bakar yang aduhai lezatnya.

Anonim mengatakan...

Sukses ya!!

Unknown mengatakan...

hmmmmmmm...mksih..

Unknown mengatakan...

Hallow rata, d mana sekarang ?

Posting Komentar